1 Tahun Terakhir di Madyapadma

 



1 Tahun Terakhir di Madyapadma

Awal mula saya mengenal Madyapadma, saya merasa cukup bingung tentang bagaimana sebuah ekstrakurikuler bisa berjalan tanpa adanya sistem senioritas yang biasa saya temui di tempat lain. Saya tidak memiliki gambaran bagaimana cara sebuah ekstra bisa berjalan seperti itu. Namun, setelah hampir satu tahun berada di sini, saya mulai memahami seperti apa sebenarnya Madyapadma itu. Saya pertama kali mengenal Madyapadma sekitar kelas 6 SD, ketika kakak saya mengikuti ekstra ini. Saat itu, saya merasa kegiatan yang dilakukan kakak saya terasa aneh dan berbeda dari biasanya. Mulai dari mengoven benda yang mengeluarkan aroma menyengat , mengoven casing ponsel, hingga memilah botol-botol bekas. Awalnya saya menganggap kegiatan tersebut hanya membuang-buang waktu. Namun, ketika kakak saya berkeliling beberapa negara untuk kegiatan Madyapadma, saya mulai berpikir, mungkinkah apa yang dilakukan kakak saya saat itu memiliki manfaat yang besar?

Keinginan itu akhirnya mendorong saya untuk bergabung dengan Madyapadma dan masuk ke divisi Trisma. Pada awalnya saya ragu, terlebih adik saya memilih jalur yang berbeda. Namun saya menyadari, ketika sudah dewasa, kita harus belajar mandiri dan menyiapkan segalanya sendiri. Oleh karena itu, saya memutuskan berani mengambil pilihan ini.

Sampai satu tahun berlalu, saya tidak menyesali keputusan itu. Hanya saja, saya merasa masih kurang memiliki bakat dalam lomba di Madyapadma. Oleh karena itu, pada awal semester kedua saya memutuskan mengikuti seleksi Communiphoria. Pada saat seleksi, saya sangat bingung dengan berbagai tugas yang harus diselesaikan. Awalnya saya merasa hal ini tidak cocok untuk saya dan sempat terpikir untuk menyerah. Namun, saya menyadari bahwa kebingungan itu karena saya belum sepenuhnya mengerti tugas yang diberikan. Saya pun terus berusaha mengerjakan dan mengirimkan jawaban meski masih penuh keraguan.

Sayangnya, saya baru benar-benar menyadari hal ini setelah seleksi berakhir. Saya pun merasa kurang pantas mengikuti Communiphoria dan sudah pasrah tidak lolos seleksi. Namun, saya sangat bersyukur karena berhasil menyelesaikan tugas yang saya anggap mustahil tersebut. Saya juga merasa senang karena masih diperbolehkan bergabung dalam tim lomba, bagi yang tetap berminat.

Saya akhirnya bergabung dengan tim Arka, yang dipimpin oleh kak Guswi. Selama lomba, saya sempat kewalahan, namun berkat kerja sama tim yang baik, kami bisa melewati segala tantangan meskipun gagal meraih juara. Saya merasa bersalah karena konsep yang kami bawakan mungkin sulit dipahami oleh juri sehingga kami tidak mendapatkan kemenangan.

Pada lomba kedua, saya bersama Martha mengikuti lomba esai Naturaco. Awalnya saya sangat kesulitan dan sangat meragukan, terutama karena judul penelitian kami berkaitan dengan hewan haram seperti anjing, sementara lomba tersebut diadakan di daerah mayoritas muslim. Namun, kak Ananta meyakinkan saya untuk tidak ragu dan tetap percaya pada karya saya. Meskipun akhirnya kami tidak menang, saya sangat menyukai tulisan esai tersebut dan banyak belajar dari prosesnya.

Banyak hal yang saya pelajari selama bergabung di Madyapadma. Menurut saya, Madyapadma bukan hanya sekadar ekstrakurikuler yang mengajarkan menulis, tetapi juga tentang kebersamaan dan rasa saling mendukung. Madyapadma telah mengubah pandangan saya tentang senioritas di lingkungan pelajar. Madyapadma adalah tempat bagi orang-orang yang ingin menjadi pribadi lebih baik. Meskipun awalnya hanyalah sebuah ekstra jurnalistik, Madyapadma terus berkembang dan bercabang, tidak hanya di bidang berita, tetapi juga usaha dan penelitian. Madyapadma adalah contoh nyata dari kemajuan dan perkembangan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Episode Pertama Awal mula

Perkenalan singkat

Episode Ketiga Studio