Episode Pertama Awal mula

 

Awal Mula




Loir Delacour yang memiliki nama asli Theo Laurent adalah seorang pelukis anonim dari Prancis. Pada salah satu proses pembuatan lukisannya hujan turun deras, menimpa jendela studio tempatnya melukis. Lukisan itu terlihat biasa bagi orang awam. Lukisan mengenai potret seorang pria berjas hitam berdiri di tengah ruangan kosong. Namun tanpa sadar, goresan-goresan kuasnya menyusun simbol-simbol yang tidak ia sadari. Sebuah pola, bentuk geometris yang secara tak langsung menyerupai lambang kelompok rahasia: "Elite Global"


Theo mengerutkan dahi. Ia tak pernah bermaksud menyelipkan makna tersembunyi. “Aneh” gumamnya. 


Ia pun mengabaikannya dan memajang lukisan itu di salah satu sudut galeri kecil tempat ia biasa mengadakan pameran pribadi. Karya itu segera menarik perhatian. Para pengunjung ramai berdatangan, beberapa terpesona oleh keindahan detailnya, namun sebagian yang lain justru merasa terganggu. Mereka mulai membisikkan hal-hal aneh, seolah lukisan itu menyimpan sesuatu yang tak seharusnya ada.


“Apakah kau melihat itu? Bentuk-bentuknya? Itu seperti lambang... mungkin terkait dengan sesuatu hal yang lebih besar.”

“Pola-pola ini, mereka terlihat seperti sesuatu yang lebih dari sekadar seni.”


Theo yang tidak sengaja mendengarkan pun berkata “Konyol”. Tapi rasa geli itu tak bertahan lama.


Malam harinya, listrik di studionya mati. Sebelum ia sempat menyalakan senter, pintu belakang dibuka paksa.


Dua orang pria bersetelan hitam masuk tanpa suara. Salah satunya berkata singkat, “Noir Delacour? atau harus kupanggil tuan Theo Laurent.”


Theo segera mundur. “Siapa kalian?”


Tanpa ada satu pun jawaban. Salah satu dari kedua orang itu segera menahannya agar tidak bisa melarikan diri sementara satu orang lainnya menyuntikan obat bius dengan cepat ke lehernya. Dalam sekejap dunia menjadi gelap.


Ketika sadar, ia duduk terikat di sebuah kursi dengan mata yang tertutup. Suasana terasa sangat sepi. Sampai suara samar terdengar dari salah satu arah.


"Argent, kenapa kau tidak langsung menyuntikan racun saja pada pria itu.”

“Dasar bodoh, Gris, kau lupa kalau kita hanya diperintahkan untuk meculiknya”

“Terus apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Aku akan bertanya pada boss”, terdengar suara langkah kaki yang semakin menjauh dilanjuti dengan suara orang menelepon.


Theo menahan napas "Codename?". Apa mereka memanggil satu sama lain dengan nama-nama seperti Argent dan Gris. "Tunggu, Argent? Gris?, itu terdengar seperti nama nama warna." ucapnya dalam hati.


Sepuluh menit telah berlalu sejak suara langkah kaki menjauh , sekarang langkah kaki itu mendekat. Terasa seperti seseorang sedang berusaha mendekat kearahnya. "Suara langkah kakinya semakin dekat." ucapnya dalam hati.


Bersamaan dengan suara pistol yang dikokang, seorang pria mulai berujar dengan suara yang berat.

“Kau terlalu peka untuk dunia ini.”

“Sayangnya, kejujuran punya harga.”


"Dorr!"

Suara tembakan terdengar. Lalu dunia terasa hampa.


Gelap.


Dan tiba-tiba terang.


Theo membuka mata, cahaya lilin disertai wajah wanita menangis bahagia terlihat oleh pandangannya. Ia merasa sesak, tubuhnya kecil, lemah. Tangannya tak mampu bergerak sempurna.


“Dia membuka mata! Dia hidup!” seru suara seorang wanita.

“Kemarilah Luc” sahut seorang pria yang kemudian membopongnya.


Theo kebingungan. Apa yang terjadi?


Ia mencoba melihat sekeliling. Langit-langit tinggi dengan balok kayu berukir. Dinding-dindingnya dihiasi panel kayu gelap. Sebuah lampu gantung dari perunggu menggantung rendah, redup oleh cahaya lilin. Aroma wangi dan kayu tua memenuhi udara. Di dinding sebelahnya, tergantung kalender bordir dengan angka tahun yang membuat jantungnya berdegup.


Tahun 1728.


Tangis bayi meledak. Dalam kepalanya, Theo masih teringat kejadian yang dia rasakan sebelumnya. Codename. Simbol. Tembakan. Dan kini… sebuah dunia baru yang justru lebih tua.

-BERSAMBUNG-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan singkat

Episode Ketiga Studio